
Demi memperdalam sejarah kesusastraan di Provinsi Banten, terutama di Kabupaten Serang, tim Kantor Bahasa Banten (KBB) mendatangi komunitas-komunitas sastra maupun sastrawan di daerah Serang Raya. Serang Raya dipilih karena posisi Serang merupakan pusat pemerintahan administratif dan pemerintahan ketika pertama kali Provinsi Banten didirikan.
Beberapa sastrawan seperti Sulaiman Djaya, Toto St. Radik, Gol A Gong, Rahmat Heldy HS, hingga generasi muda seperti Encep Abdullah membagikan pendapatnya pada tim Kantor Bahasa Banten. Sulaiman Djaya misalnya, berbagai pendapat mengenai budaya bersastra di Banten yang dirasa belum mentradisi secara kuat. “Dunia kepenulisan memang marak di Banten, akan tetapi, kepenulisan berbeda dengan kesusastraan,” ujar esais yang menjadi salah satu pemenang Sayembara Penulisan Kritik Dewan Kesenian Jakarta tahun 2013 ini. Lain halnya dengan Toto St Radik dan Gol A Gong yang bercerita mengenai pengalaman mereka membangun kantung sastra di Serang.
Generasi muda seperti Encep Abdullah juga bercerita mengenai pengalamannya bersastra dan berkomunitas selama ia berkuliah. Encep yang tumbuh dari pergaulan Kubah Budaya pada akhir dekade 2000-an ini pun mendirikan Komunitas Menulis Tirtayasa (#Komentar) lebih sebagai proses untuk mengisi kekosongan saat Kubah Budaya vakum. “Selain itu, saya juga ingin menularkan budaya baca dan tulis di sekitar tempat saya tinggal yaitu Pontang dan Tirtayasa, Kabupaten Serang.