Lebak – Kantor Bahasa Provinsi Banten telah mengadakan kegiatan revitalisasi sastra lisan pupulih, salah satu warisan budaya masyarakat adat Kanekes atau Baduy. Pupulih biasanya dituturkan sebagai dongeng pengantar tidur oleh orang tua kepada anak-anak, memiliki ciri khas berupa bagian yang dinyanyikan seperti lagu.

Dalam upaya mempertahankan keberlanjutan pupulih, Kantor Bahasa Provinsi Banten menyelenggarakan pelatihan sastra lisan pada tanggal 18—20 Mei 2023. Sebanyak 25 peserta yang terdiri atas pegiat sastra di komunitas dan guru seni budaya turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka diberikan kesempatan untuk menyimak maestro dalam menuturkan pupulih secara langsung. Nantinya, para peserta akan meneruskan pelatihan pewarisan sastra lisan dan mengajarkan pupulih ke generasi muda di sanggar maupun sekolah masing-masing.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten, Asep Juanda, S.Ag., M.Hum., mengungkapkan bahwa selain berkembang di masyarakat pemiliknya, sastra lisan pupulih memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah.

“Gaya penceritaan pupulih yang khas juga mengandung kekayaan budaya masyarakat Sunda, sehingga kami harap ke depannya sastra lisan pupulih yang mengandung kekayaan budaya masyarakat Sunda dapat dikembangkan karena berpotensi menjadi mata lomba di festival-festival seni maupun sastra daerah, mengingat pesan moral yang dikandung penuh dengan nilai edukasi dan kearifan lokal,” ungkap Asep Juanda, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten.

Ia menambahkan, revitalisasi bahasa dan sastra yang serentak dilaksanakan oleh UPT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di seluruh provinsi di Indonesia merupakan langkah untuk mencegah kepunahan bahasa.

“Revitalisasi bahasa dan sastra merupakan program prioritas dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Langkah ini diambil untuk mencegah kepunahan bahasa daerah, mengingat data yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2019 menyebutkan bahwa terdapat 11 bahasa daerah yang telah punah,” tambahnya.

Dengan adanya kegiatan revitalisasi sastra lisan pupulih ini, diharapkan kekayaan budaya masyarakat adat Kanekes atau Baduy dapat terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Selain itu, pengenalan pupulih kepada masyarakat Sunda secara luas juga dapat memertahankan keanekaragaman bahasa dan sastra daerah di Indonesia.

Somantri, salah satu peserta kegiatan ini merupakan bagian dari Kasepuhan Cisitu (Kasepuhan Banten Kidul) yang berasal dari Kecamatan Cibeber. Menurutnya, sastra lisan pupulih yang kini masih dilestarikan di Kanekes, merupakan tradisi yang juga dilakukan oleh nenek dan kakeknya.

“Saya ingat, dahulu kakek dan nenek saya mengisahkan dan menyanyikan dongeng seperti pupulih ini sewaktu saya masih kecil. Tradisi lisan semacam ini sudah banyak ditinggalkan di tempat-tempat lain, khususnya di daerah yang urban. Kami harap pewarisan sastra lisan ini bisa terus dilakukan di Kanekes dan di sekolah-sekolah,” ungkapnya.

Selama tiga hari pelatihan, dilakukan perekaman sastra lisan pupulih yang nantinya akan diolah menjadi bahan ajar. Tim Pelindungan dari Kantor Bahasa Provinsi Banten akan mengolah hasil rekaman dan transkripsi pupulih, sehingga masyarakat Sunda baik di wilayah Kanekes maupun di Provinsi Banten dapat mempelajari dan mewariskan pupulih ke generasi mendatang.