Kiprah Rumah Dunia di dunia literasi Indonesia memang sudah sangat dikenal. Komunitas literasi ini juga sudah banyak melahirkan pegiat yang gigih berjuang di dunia literasi baca tulis. Atas dasar tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Banten mengajak 30 komunitas literasi di Provinsi Banten untuk belajar di Rumah Dunia pada hari Sabtu, 22 Juli 2023. Tias Tatanka, Toto St. Radik, dan Abdul Salam HS pun mendampingi para peserta untuk belajar bersama mengenai pengelolaan komunitas literasi.

Tias Tatanka pun bercerita banyak mengenai suka duka mendirikan Rumah Dunia bersama suaminya, novelis Gol A Gong. “Sebetulnya Rumah Dunia dimulai dari hal yang sangat kecil. Salah satunya, saat sore saya mengajari anak-anak di kampung Ciloang. Mereka belajar membaca, mewarnai, dan banyak aktivitas lainnya,” ujar Mbak Tias. Dari hal-hal kecil tersebut, para pendiri Rumah Dunia pun berpikir untuk menjadikan kawasan Rumah Dunia sebagai tempat belajar dan berkegiatan untuk generasi muda di Kota Serang. Pembangunan Rumah Dunia pun menggunakan sumber dana secara swadaya, salah satunya disisihkan dari royalti penjualan novel Gol A Gong.

Sesi selanjutnya adalah penyusunan program komunitas dengan Presiden Rumah Dunia, Abdul Salam HS. Kang Salam pun membeberkan sejumlah program Rumah Dunia. “Intinya ada program harian, mingguan, bulanan, sampai tahunan. Intinya, agar pada komunitas terisi aktivitas,” ujar pria yang juga penyair ini. Melanjutkan penjelasan dari Mbak Tias sebelumnya, Kang Salam pun juga membeberkan bagaimana proses perekrutan relawan di Komunitas Rumah Dunia. “Intinya, di Rumah Dunia relawan banyak belajar, mulai dari hal kecil seperti menyapu hingga hal-hal bersifat teknis, semacam menulis,” tutur Kang Salam.

Salah seorang pendiri Rumah Dunia, Toto St. Radik, pun tak kalah atraktif dalam menyampaikan materi tentang sejarah Rumah Dunia. Penyair Banten ini mengajak para peserta berkeliling area Rumah Dunia, dimulai dari Rumah Gol A Gong. “Nah, di sini dulu kami sering berkumpul dan berdiskusi. Saya, Gong, almarhum Rhys (Revolta), dan teman-teman yang lain ngobrol tentang isu-isu sastra, sosial, dan lain-lain. Sampai akhirnya tercetuslah untuk mendirikan Rumah Dunia. Saat itu tahun 1990-an, dari awalnya Komunitas Azeeta berubah menjadi Pustakaloka Rumah Dunia,” jelas Kang Toto.

Disampaikan oleh Penanggung Jawab Kegiatan, Dody Kristianto, bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Pemutakhiran Data Profil Komunitas Literasi Tahun 2022. “Akan tetapi, beberapa komunitas diambil dari pendataan tahun 2023,” tutur Dody. Komunitas yang diundang berasal dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Banten. Panji yang berasal dari Komunitas Wara-Wiri Mengajar menuturkan sangat senang bisa diundang mengikuti studi banding ke komunitas Rumah Dunia. “Dari Rumah Dunia, saya pribadi bisa belajar bagaimana mengelola komunitas. Dari kunjungan ini, banyak yang bisa diaplikasikan di Wara-Wiri Mengajar,” terang Panji. Panji pun berharap kegiatan serupa bisa diselenggarakan kembali oleh Kantor Bahasa Provinsi Banten tahun depan.