Pandeglang – Selama tiga hari, dari tanggal 14 hingga 16 Maret 2017, Kantor Bahasa Banten menyelenggarakan Bengkel Penulisan Sastra Sunda bagi Guru Bahasa Daerah se-Kabupaten Pandeglang. Dalam pembukaan kegiatan yang dilaksanakan di Hotel S’Rizki Pandeglang ini, Kepala Kantor Bahasa Banten, Muhammad Luthfi Baihaqi mengemukakan bahwa kegiatan ini merupakan penjabaran dari salah satu tugas balai dan kantor bahasa yaitu revilatisasi dan pelestarian bahasa dan sastra daerah. Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, H. Salman Sunardi menuturkan bila bahasa daerah harus tetap diajarkan pada anak didik mengingat bahasa daerah mengandung unsur kearifan lokal yang harus terus dilestarikan.
Setelah acara pembukaan, akademisi dari STKIP Setia Budhi Rangkasbitung, Maman Rukmana langsung memberikan materi pada para peserta. Maman mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara bahasa Sunda di Pandeglang dengan bahasa Sunda Parahyangan. Perbedaan ini pula yang meresahkan beberapa pengajar bahasa Daerah. Kelly Ardiana misalnya. Pria yang juga menjadi Ketua MGMP Bahasa Daerah Kabupaten Pandeglang ini menyatakan bahasa Sunda Pandeglang terdengar kasar di telinga orang Parahyangan. Padahal, bahasa tersebut terdengar biasa bagi orang Pandegalang.

Di hari kedua, kegiatan berlangsung lebih semarak karena menghadirkan dua orang sastrawan yang menulis dengan bahasa Sunda yakni Inta Sahrudin dan Dadan Sujana. Di kesempatan pertama, Inta Sahrudin memaparkan teknik-teknik menulis puisi dalam bahasa Sunda. Teknik yang dipaparkan lebih kurang sama dengan teknik menulis dalam bahasa Indonesia. Hanya saja bagaimana mengolah bahasa Sunda menjadi lebih menarik adalah tantangan yang dihadapi oleh para peserta. Inta yang puisi-puisi berbahasa Sundanya sering dimuat oleh berbagai media berbahasa Sunda dan antologi bersama ini juga sabar mendampingi para peserta.
Teknik-teknik menulis prosa dalam bahasa Sunda selanjutnya dijelaskan oleh Dadan Sujana. Pria kelahiran Pandeglang ini mendedahkan unsur-unsur penyusun prosa. Di samping itu, Dadan juga menyebutkan inspirasi menulis cerita atau carpon dalam bahasa Sunda, bisa berasal dari mana saja. Salah satunya berasal dari cerita rakyat yang ada di sekitar kita. Pada hari terakhir, Maman kembali mengisi materi dengan memberikan motivasi menulis bagi empat puluh peserta bengkel penulisan. Kegiatan bengkel penulisan ini cukup menarik karena delapan puluh persen materi disampaikan oleh para narasumber dalam bahasa Sunda.
(Dodi K)