Serang — Sayembara Penulisan Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal untuk Tingkat Dasar Tahun 2018 yang diadakan oleh Kantor Bahasa Banten bertujuan untuk menciptakan bahan bacaan literasi yang bermutu baik dan dapat mengangkat nilai-nilai kearifan lokal di Banten untuk pembaca di jenjang Sekolah Dasar dengan usia kelas 1,2, dan 3 SD (7—9 tahun dan usia kelas 4,5,6 SD (usia 10—12 tahun). Sayembara ini dilaksanakan selama 4 bulan, diawali dari pengumpulan naskah pada bulan April hingga penjurian dan pengumuman pemenang pada bulan Mei 2018.
Tema tulisan yang berlatarbelakang kearifan lokal Banten menjadi persyaratan khusus pada sayembara ini. Peserta diminta untuk menulis cerita dengan berbagai jenis teks dan bertemakan lanskap dan perubahan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh daerah, kuliner daerah, arsitektur tradisional daerah, dan cerita tentang anak Indonesia.
Tiga dari sembilan naskah yang lolos seleksi dalam sayembara ini akhirnya mendapatkan predikat Terbaik dalam penjurian yang dilaksanakan di Kantor Bahasa Banten pada tanggal 25 Mei 2018 di ruang rapat Kantor Bahasa Banten. Lima orang Juri yang hadir pada acara tersebut, yaitu Fristalina, S.E., Mastiur Hasibuan, Herwan F.R., M. Luthfi Baihaqi, dan Wuri Dian Trisnasari sepakat memutuskan bahwa naskah dengan judul Raksasa dari Ujung Kulon, Tari Ngerong untuk Walikota, dan Cerita dari Tumaritis sebagai pemenang.
Juri ketiga, Herwan F.R, penulis Banten yang didaulat sebagai juri ketiga, memberikan penilaian lebih pada cara penulisan Heri Santoso dalam menyampaikan nilai-nilai kearifan lokal Banten melalui naskah Raksasa dari Ujung Kulon sehingga mudah dipahami oleh pembaca di usia tingkat dasar. Sementara ketua tim juri, Fristalina, M.Pd (Puskurbuk), berpendapat bahwa, ”Naskah cerita Tari Ngerong untuk Walikota yang ditulis oleh Jefrianto disampaikan dengan bahasa yang lugas dan enak dibaca”, ujar Fristalina. Dia juga menambahkan bahwa naskah yang diputuskan sebagai pemenang kedua ini memiliki cerita menarik yang memadukan budaya lokal Banten dan Jawa Tengah.
Dua juri yang lain yaitu Wuri Dian dan M. Luthfi Baihaqi sangat tertarik dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dipaparkan oleh Farid Ibnu Wahid dalam kumpulan teks yang berjudul Cerita dari Tumaritis. M.Luthfi menuturkan, “Kelebihan naskah ini adalah penulis memunculkan kearifan lokal dalam cerita tentang perayaan Maulid Nabi di Kota Serang, keberadaan suku Baduy, dan kondisi alam di wilayah Banten”.
“Sembilan dari dua belas naskah yang terpilih dalam seleksi melibatkan nilai-nilai kearifan lokal Banten dalam isinya. Hanya saja masih ada beberapa kelemahan yang muncul, seperti pemilihan ilustrasi yang kurang tepat dengan tema dan penggunaan bahasa yang kurang tepat untuk pembaca sasaran,”tutur Mastiur. Secara umum, dewan juri menilai sembilan naskah yang masuk memiliki pilihan ide pokok yang menarik, tetapi disampaikan dengan diksi yang kurang tepat dan penyampaian nilai kearifan lokal yang kurang mendalam.