Serang — Majalah Sastra Kandaga pada bulan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini kami tampilkan dengan tema yang sedikit berbeda dari tema-tema sebelumnya. Edisi Agustus 2018 ini sebenarnya dimaksudkan sebagai edisi khusus yang menampung berbagai tulisan teman-teman pengelola TBM di Provinsi Banten. Beberapa tulisan mengenai TBM pun berdatangan. Namun, tentu saja jumlah tulisan dari teman-teman yang masuk pun masih sangat kurang. Padahal, menilas perjuangan para relawan TBM di pelbagai penjuru Provinsi Banten sangat menarik. Mungkin, kita akan mendapati bagaimana lika-liku para relawan di daerah Bayah atau perjuangan relawan TBM di pesisir Panimbang. Semoga, kelak kita bisa mendapatkan tulisan mengenai para relawan TBM di Provinsi Banten secara menyeluruh.
Sesuai dengan Buku pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat ( 2006 : 1), tujuan taman bacaan masyarakat adalah (1) membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat, serta (3) mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam pemberantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali. Dari uraian tersebut, keberadaan TBM memang sangat vital. TBM menjadi sumber pembelajaran yang sangat penting, karena TBM tidak hanya sebagai tempat membaca, namun juga untuk tempat mencari informasi. Pun, TBM tentu tak sekadar memberikan sembarang informasi apalagi informasi yang menyesatkan. TBM tentu saja diharapkan memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, keberadaan TBM di tengah masyarakat sangat penting dan tak dapat lagi dikesampingkan.
Kembali pada penerbitan Mastra Kandaga edisi Agustus 2018. Edisi Agustus 2018 ini pun tampil dengan “istimewa”. Mengapa? Selain jumlah halamannya yang lebih banyak. Seluruh penulis pada edisi ini adalah para penulis yang tinggal sekaligus bergiat di Provinsi Banten. Inilah yang diharapkan oleh tim redaktur sejak Mastra Kandaga terbit pertama kali di bulan April 2016 lalu. Secara kualitas teks pun para penulis di Banten sebenarnya tidak kalah dari para penulis di luar Banten walau tentu saja masih ada kekurangan di sana-sini. Akan tetapi, itu juga yang menjadi keinginan tim redaktur Mastra Kandaga sejak majalah ini terbit pada 2016 lalu: menjadi semacam medium berlatih bagi para penulis Banten sebelum keluar ke gelanggang yang lebih luas lagi.
Selain tulisan dari para relawan TBM, edisi kali ini juga masih menyuguhkan tulisan-tulisan sastra dari para penulis yang bergiat di Banten. Kita akan membaca puisi-puisi penyair Herwan FR, salah satu penyair Banten yang telah malang-melintang pada gelanggang kesusastraan nasional. Selain itu, ada puisi-puisi penyair muda Banten seperti Hilman Sutedja, Nursiyah Faa, maupun Naimin Ka. Nama-nama ini tentu saja menyimpan potensi sehingga bisa juga bertarung dan membawa nama Banten pada gelanggang sastra nasional.
Kami selaku tim redaktur .jelas menantikan karya-karya para penulis Banten untuk edisi selanjutnya. Bagaimananpun juga, Mastra Kandaga memang diikhtiarkan sebagai tempat bagi para penulis banten untuk berkreasi dan berkarya. Mastra Kandaga juga bisa menjadi semacam medium pijakan sebelum menempuh medium lain yang lebih luas. Kami selaku tim redaktur juga selalu membuka diri pada para penulis yang ingin menyiarkan karya-karyanya pada majalah ini.
Untuk mendapatkan Mastra edisi Agustus silahkan unduh disini.