Warning: Undefined array key 1 in /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 505

Warning: Undefined array key 2 in /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 505

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php:505) in /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php on line 557

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/visitors-online/visitors-online.php:505) in /home/eafloqav/public_html/wp-content/plugins/post-views-counter/includes/class-counter.php on line 913
SEMINAR HASIL KONSERVASI SASTRA LISAN DENGAN LANGKAH STRATEGIS LESTARIKAN UBRUG

Kantor Bahasa Provinsi Banten gelar Seminar Hasil Konservasi Sastra Lisan Tahun 2021 dengan diikuti sebanyak 35 peserta bersemuka dan 30 peserta daring.

Kantor Bahasa Provinsi Banten menilai seni teater khas Banten bahwa Ubrug perlu dilakukan modifikasi dan modernisasi untuk menjaganya dari kepunahan, dengan cara menerapkannya di dunia pendidikan.

Melalui jalur pendidikan artinya disosialisasikan, dihidupkan kembali, diperkenalkan di dunia pendidikan tingkat SMA,” ujar Kepala KBPB, Halimi Hadibrata dalam Seminar Hasil Konservasi Sastra Lisan Tahun 2021 disalah satu hotel di Kota Serang, Jumat (29/10/2021).

Beliau menerangkan, seminar yang diikuti sejumlah guru Mata Pelajaran Seni Budaya tingkat menengah se-Provinsi Banten itu merupakan pemaparan hasil konservasi badan Bahasa sepanjang tahun 2021, terhadap Kelompok Ubrug Calung Renteng besutan Abah Rancung di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.

“Dari hasil konservasi itu, saya menemukan peribahasa sendiri, jadi istilahnya ngahirupkan sirung dina tunggul. Artinya kita mengira itu sudah punah tapi tunggulnya masih ada. Jadi ternyata masih ada potensi untuk dikembangkan. Mudah-mudahan ada tunas baru yang tumbuh lagi di tunggul itu,” katanya.

Sementara Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMA Provinsi Banten, Imay Febriana mengaku tertarik untuk mengajarkan Ubrug ke peserta didik. Apalagi selama ini, antusias sekolah cenderung besar dalam menerapkan kesenian lokal.

“Saat ini muatan lokal yang sudah ada Batik, Rampak Bedug, dan Pencak Silat dan ini akan diperkaya lagi dengan Ubrug. Semua sekolah ingin menerapkan kesenian lokal, itu antusiasnya  besar,” ujarnya.

Perlu ada buku panduan siap ajar, termasuk dukungan fasilitas. Jika tidak, guru akan kesulitan mengingat perlengkapan yang dibutuhkan dalam teater Ubrug tidak sederhana. “Untuk diimplementasikan di sekolah, ada optimis dan pesimis. Karena kalau tidak dibarengi dengan fasilitas yang dibutuhkan dalam mengajarkan ini di sekolah, kita juga akan kerepotan,” kata Imay.

Bukan hanya itu, Guru Seni Budaya SMA Negeri 1 Waringinkurung, Kabupaten Serang ini juga menginginkan adanya workshop dalam pembuatan naskah dan praktik pemeranan teater yang ditetapkan sebagai Seni Budaya tak Benda oleh Kemendikbud agar mudah dipahami guru.